Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari TUHAN, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat TUHAN. 3Yoh. 1:11.
Aesop:
Pada zaman Tiongkok Kuno ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing yang galak dan kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-domba petani. Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli. Suatu hari aning-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa kambing sehingga terluka parah.
Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim. Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dengan hati-hati dan berkata, "Saya bisa saja menghukum pemburu itu dan memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?" Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.
"Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi yang mana Anda harus manjaga domba-domba Anda, supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman." Mendengar solusi pak hakim, petani itu setuju.
Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu, yang mana ia menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut. Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-domba pak tani.
Di samping rasa terimakasihnya kepada kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasil buruan kepada petani. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.
THINGS TO LEARN:
Memang tidak gampang untuk menjadi orang yang berbuat baik tanpa pandang bulu dan tanpa pamrih, apalagi jika harus berkorban kepentingan diri sendiri demi orang lain dan orang itu tidak menghargai pengorbanan kita. WOW... sepertinya 'teori' banget! Tetapi itu keinginan Tuhan Yesus agar kita perbuat. Tapi ini akan menjadi lebih gampang pada saat kita mengingat kebaikan Tuhan Yesus dan kasih-Nya di atas kayu Salib yang tak berkesudahan kepada kita, padahal kita seringkali egois dan maunya sendiri.
Tidaklah sulit menemukan peluang untuk berbuat baik. Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang. Sebab, jikalau kita berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian (Luk. 6:33).
Ingat cerita Yusuf? Di saat ia mengalami berbagai hal yang tidak mengenakkan dalam hidupnya yang disebabkan oleh orang-orang terdekatnya, yaitu saudaranya sendiri, yang memperlakukan Yusuf dengan tidak adil. Bisa saja, ketika Yusuf menjadi penguasa Mesir dan dia membalaskan semua kejahatan saudaranya yang pernah dilakukan kepadanya. Namun hal itu tidak dilakukan Yusuf.
Dari contoh di atas dan ringkasan kisah Yusuf, ada satu hal yang harus kita yakini bahwa keadilan TUHAN tidak dapat dihalangi oleh kejahatan manusia dan berbuat baik tanpa pamrih atau tanpa mementingkan diri sendiri itu mencerminkan kasih TUHAN. Hal itu memenuhi hukum kasih: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Yak. 2:8).
WISDOM WORDS:
Anonim: "Jika seseorang menyakitimu, lakukanlah sesuatu yang baik padanya. Itu akan memulihkan keseimbangan."
Socrates: "Apa yang tidak suka Anda alami, jangan lakukan pada orang lain."
johannes_djing Ministry
Sumber:
http://www.motivationtoday.co.cc/?p=608
http://www.mtemilysafecenter.com/HelpingHand.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar