5 menit renungan

5 menit renungan

Jumat, 09 Juli 2010

GILA SANJUNGAN

Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Gal. 1:10.

Ada aesop yang mengingatkan kita untuk tidak mencari sanjungan-sanjungan tidak tulus atau pujian-pujian kosong:

Seekor rubah melihat seekor burung gagak terbang dengan membawa sepotong keju di paruhnya dan hinggap di atas pohon.

Rubah yang berada di sekitar pohon itu melihat ke atas dan mengincar keju tersebut. Dan diapun berjalan mendekati batang pohon itu.

"Selamat siang gagak yang cantik," si rubah memuji, "Betapa cantiknya kamu hari ini, betapa mengkilapnya bulumu, sungguh sangat indah sinar matamu, saya yakin suaramu lebih indah dari burung-burung yang lain. Ijinkan saya mendengar satu lagu darimu, dan saya akan menyapa kamu dengan sebutan si Ratu Burung."

Burung gagak itupun mulai mengangkat kepalanya dan mencoba bernyanyi sebaik mungkin, tetapi ketika ia membuka mulutnya, keju yang ada di mulutnya jatuh ke tanah, dengan seketika si rubah menangkap keju yang jatuh tersebut.

"Haha... itulah yang akan saya lakukan, itulah yang saya inginkan, sebagai pertukaran dengan kejumu," ejek si rubah itu.


THINGS TO LEARN:

Sebagai manusia, wajar kalau kita senang mendapat sanjungan dari orang lain. Tidak salah sih mendapat sanjungan atau pujian dari orang lain, tapi yang salah dan berbahaya adalah kalau kita gila sanjungan! Banyak orang yang gila sanjungan untuk memuaskan egonya atau meningkatkan rasa percaya dirinya, mirip burung gagak pada cerita aesop di atas.

Ada teladan yang baik dari rasul Paulus dan Barnabas dalam Kis. 14:8-20. Pada waktu di kota Litra, rasul Paulus melakukan penginjilan "one-on-one" kepada seorang yang lumpuh dari kecil. Setelah mendengar Paulus berbicara, iman orang lumpuh itu mulai bangkit (ay. 9) dan mendapat kesembuhan dari Tuhan. Karena mujizat itu, penduduk Litra mulai terkesima sampai-sampai Paulus dan Barnabas dikira jelmahan dewa Zeus dan Hermes (ay. 11-12). Mereka menyanjung-nyanjung Paulus dan Barnabas, bahkan memberi mereka aneka hadiah (ay. 18). Untungnya Paulus dan Barnabas tidak gila sanjungan. Tapi anehnya, ketika orang-orang Yahudi yang iri mulai menghasut penduduk Litra, mereka yang tadinya menyanjung-nyajung seketika itu juga berbalik untuk melempari Paulus dan Barnabas dengan batu (ay. 19). Sama halnya dengan pribadi Yesus, ketika Ia masuk ke kota Yerusalem, masa menyambut dan menyanjung-nyanjung Yesus, tetapi lucunya beberapa hari kemudian, massa yang sama meneriakkan: "Salibkan Dia!" Demikian pula ketika Yesus dicobai oleh iblis dengan cara menyanjung-nyanjung-Nya, namun Yesus tidak haus akan sanjungan dari iblis. Rasul Paulus, Barnabas dan Tuhan Yesus tidak terkesima dengan sanjungan, karena mereka bertiga tahu bahwa di dalam dunia ini tidak ada yang kekal sifatnya, termasuk sanjungan. Dan mereka juga tidak mau mencuri kemuliaan Bapa di Surga hanya untuk memuaskan ego dengan sanjungan-sanjungan. Nah, sekarang pertanyaan apakah kita sungguh-sungguh ingin menyukakan hati TUHAN atau mencari kesenangan manusia?


WISDOM WORDS:

Johannes_djing: "Orang yang gila sanjungan itu sama saja mencuri kemuliaan Tuhan."
G.K. Chesterton: "Kesederhanaan adalah satu-satunya umpan yang menyakinkan ketika Anda memancing pujian."


johannes_djing Ministry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar