5 menit renungan

5 menit renungan

Senin, 28 Juni 2010

MELIHAT SELUMBAR

Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimana engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." Luk. 6:41-42.


Suatu ketika seorang guru bijak hendak menguji para muridnya. Ia masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan whiteboard yang masih bersih, lalu ia membuat sebuah bulatan hitam yang kecil di tengah-tengah whiteboard itu. Kemudian ia bertanya kepada murid-muridnya, "Apakah yang kalian lihat di whiteboard ini?" Anak-anak sekelas serentak menjawab, "Kami melihat sebuah noktah hitam!!!"

Guru yang bijak itu sambil tersenyum menjelaskan kepada murid-muridnya, "Anak-anakku, pada umumnya manusia sangat suka melihat noktah hitam ini dari pada whiteboard putihnya. Itu membuktikan bahwa manusia suka melihat kesalahan atau kelemahan orang lain, meskipun hanya sekecil seperti noktah hitam ini. Whiteboard putih yang besar ini, seolah-olah tertutup oleh noktah hitam ini. Marilah anak-anakku, kita belajar untuk melihat hal-hal positif dari orang lain dari pada melihat hal yang negatifnya."


THINGS TO LEARN:

Komentar murid-murid adalah sebuah gambaran umum sifat manusia yang sangat senang melihat kesalahan dan kelemahan orang lain dari pada kesalahan dan kelemahannya sendiri.

Melalui nats di atas, Yesus menasihati kita agar mau menginstropeksi diri dulu atau mengeluarkan balok di mata kita terlebih dulu sebelum melihat selumbar di mata orang lain. Jika kita selalu melihat selumbar di mata orang lain, tanpa melihat balok di mata kita sendiri, itu sama saja kita merasa diri paling benar. Dan apabila kita sudah memiliki perasaan diri paling benar, itu sama saja kita sudah congkak. Kalau kita congkak, "Raja Surga... yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak." (Dan. 4:37). Jadi janganlah kita menuntut orang lain untuk mempunyai standar tinggi, tanpa kita lebih dahulu mempunyai standar tersebut. Karena makin tinggi standar yang kita buat bagi sesama, maka semakin tinggi pula standar yang harus kita penuhi. Daripada kita mencari-cari kesalahan orang lain yang dapat dikritik dan dihakimi, lebih baik kita melihat keberadaan diri kita sendiri di hadapan Allah. Ingat bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna.


WISDOM WORDS:


Seneca: "Kita menyimpan keburukan-keburukan orang lain di dalam mata kita, sedangkan milik kita sendiri kita simpan di balik punggung kita."
Thomas A Kempis: "Betapa jarangnya kita mempertimbangkan saudara kita selaras dengan cara kita mempertimbangkan diri kita sendiri."


johannes_djing Ministry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar